Monday, 4 February 2019

Who is the best


اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jika seseorang bertanya kepada kita tentang siapa orang-orang terbaik, tentu kita harus menjawab pertanyan itu berdasarkan petunjuk Rasulullah SAW.  Beliau telah menyebutkan kelompok orang-orang terbaik sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadits beliau sebagai berikut: 

Pertama, orang terbaik adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari sebagai berikut: 

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Rasulullah SAW tidak saja mengajurkan kita belajar Al-Qur’an, tetapi juga mendorong  siapa saja supaya mau mengajarkannya kepada orang lain.  Artinya seseorang sesungguhnya tidak cukup jika hanya berhenti pada belajar Al-Qur’an. Ia sebaiknya juga mengajarkannya kepada orang lain setelah cukup menguasainya. Oleh karena itu dalam belajar Al-Qur’an sebaiknya hingga sampai tingkat mahir, yang  tidak saja  mahir membacanya, tetapi juga mahir memahami kandungannya, dan bahkan mahir mengamalkan isinya. Bukankah al-Quran bukan sekedar bacaan, tetapi sekaligus harus diamalkan karena merupakan kitab suci sebagai petunjuk dari Allah SWT bagi seluruh kaum Muslimin.   

Kedua, orang terbaik adalalah orang yang paling baik sikapnya terhadap keluarganya. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi sebagai berikut: 

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” 
Rasulullah SAW memberikan suri teladan bagaimana sebaiknya seorang suami bersikap kepada keluarganya. Beliau mengatakan bahwa beliau adalah orang yang paling baik sikapnya terhadap keluarga. Ini artinya untuk menjadi suami yang baik, kita bisa mengikuti beliau. Sayyidah Aisyah RA menuturkan bahwa Rasulullah SAW sebagai seorang suami banyak melayani keluarga seperti  menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Beliau bahkan menjahit pakaian sendiri, mengesol sandal sendiri, memerah susu kambing sendiri, hingga berbelanja ke pasar untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan sebagainya. Oleh karena itu, sebagaimana sabda beliau diatas, orang terbaik adalah orang yang paling baik sikapnya terhadap keluarganya.    

Ketiga, orang terbaik adalah orang yang  paling bisa diharapkan kebaikannya dan paling sedikit keburukannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi sebagai berikut:

خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ

Artinya: “Sebaik-sebaik kalian adalah orang yang (paling bisa) diharapkan kebaikannya  dan (paling sedikit) keburukannya hingga orang lain merasa aman.”
etiap orang memiliki sisi baik dan sisi buruk. Orang terbaik adalah orang yang sisi kebaikannya jauh lebih besar dari pada sisi keburukannya hingga orang lain merasa aman di sampingnya. Dengan kata lain orang terbaik adalah mereka yang, di satu sisi, dapat memberikan manfaat besar kepada orang lain, di sisi lainnya, dapat mengendalikan potensi buruknya hingga banyak orang merasa aman dan tenang di dekatnya karena terhindar dari peri laku buruknya.  

Keempat, orang terbaik adalah orang yang  memberikan makanan kepada orang lain. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad sebagai berikut:

خَيْرُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan makanan.” 

Makanan sesungguhnya dibagi menjadi dua, yakni makanan jasmani dan makanan ruhani. Makanan jasmani adalah seperti nasi, roti, buah dan sebagainya yang berguna untuk pengembangan diri yang bersifat fisik atau material. Sedangkan makanan ruhani adalah seperti ilmu, nasihat, dan sebagainya yang berguna untuk pengembangan diri yang bersifat mental spiritual.  Maka orang terbaik berdasarkan hadits ini adalah mereka yang bersedia memberikan makanan, baik jasmani maupun ruhani, kepada orang-orang yang membutuhkan demi menjaga keberlangsungan hidup dan kesehatan mereka baik jasmani maupun ruhani.

Kelima,  orang terbaik adalah orang yang paling baik dalam membayar hutang. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim sebgai berikut: 

 خَيْرُكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً 

Artinya:“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.”
Fakta membuktikan bahwa tidak setiap orang bisa menepati janji-janjinya terkait dengan hutang-hutangnya kepada orang lain. Maka ada dua macam pembayar hutang, yakni pembayar yang baik dan pembayar yang tidak baik. Pembayar yang baik adalah mereka yang bisa menyelesaikan kewajiban hutangnya sesuai waktu yang telah disepakati, atau bahkan lebih awal dari itu. Pembayar hutang yang tidak baik adalah  mereka yang tidak disiplin, seperti para pengemplang dan sebagainya, hingga sering membuat marah orang yang telah berbaik hati memberikan pinjaman. 
Mungkin kita bertanya, apakah orang-orang terbaik itu hanya sebatas mereka yang telah disebutkan diatas? Jawabnya, tentu saja tidak sebab masih ada kelompok orang lain yang juga termasuk orang-orang terbaik sebagaimana pertanyaan seorang Arab Badui kepada Rasulullah SAW sebagai berikut:

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ : مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

Artinya: “Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?” Beliau menjawab: “Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.”(HR: Tirmidzi) 

Jadi, orang-orang terbaik sesungguhnya tidak dimonopoli oleh kelompok orang tertentu, tetapi terbuka lebar bagi siapa saja tanpa memandang latar belakang ataupun bidang-bidang tertentu sebab substansi dari hal ini adalah tentang seberapa besar kebermanfaatan seseorang kepada orang lainnya secara nyata sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW dalam haditsnya yang diriwayatkan dari Jabir berikut:  

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).” 
Mudah-mudahan apa yang telah saya uraikan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya pribadi dan para jamaah Jumat pada umumnya. Apapun profesi, asal usul  dan status sosial kita, semoga kita semua dapat memberikan manfaat sebesar-sebesarnya kepada orang sebanyak-banyaknya. Amin ya rabbal alamin.   

جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ.  إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

***
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Muhammad Ishom
dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
 
 
 

Monday, 21 January 2019

Triple constraint of life

Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa waminsayyi’ati ‘amaalinnaa 
Manyahdihillah falah mudhillalah Wa man yudhlil falaa haadiyalah 
Wa asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh.

[Segala puji bagi Allah yang hanya kepadaNya kami memuji, memohon pertolongan, dan mohon keampunan. Kami berlindung kepadaNya dari kekejian diri dan kejahatan amalan kami. 
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari jalanNya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. 
Dan aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah saja, yang tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya]

 Ada tiga hal yang mengendalikan hidup kita. Waktu, Kesehatan dan Harta. 

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, (1) Masa mudamu sebelum datang Masa tuamu, (2) Masa sehatmu sebelum datang Masa sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan (5) Masa Hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341)



Ketika kita masih muda kita punya waktu dan energi (kesehatan). Waktu dan energi untuk bermain, bergaul, belajar dan beribadah, tetapi umumnya kita tidak meiliki harta untuk membeli semua keinginan dan kebutuhan kita. 

Ketika kita dewasa, kita memiliki pekerjaan, kita memiliki harta dan kesehatan (walaupun sudah tidak sama dengan kondisi waktu masih muda), namun seringkali kita tidak memiliki waktu. Bahkan berkumpul dengan keluarga menjadi hal yang mahal. 

Ketika kita tua, kita memiliki harta dan waktu luang, tetapi biasanya kita tidak memiliki kesehatan, 

Kita memiliki ketiganya namun tidak dalam rentang waktu yang bersamaan. Kita berjuang keras agar kita memiliki ketiganya  secara sempurna. 

Saat kita menjadi lebih tua, Waktu, Kesehatan dan Harta akan diambil perlahan lahan dari kita. satu hal yang tidak akan pernah diambil dari kita adalah jejak yang kita tinggalkan pada sesuatu di luar kita, terhadap lingkungan, terhadap orang lain. 

Kita menjadi sukses karena apa yang kita usahakan, apa yang kita peroleh tetapi kita menjadi bahagia karena apa yang kita share, apa yang kita berikan pada orang lain, termasuk waktu, harta, tenaga dan ilmu kita. 


وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (10) وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (11)
 
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Munafiqun: 10-11).



Kalau hal tersebut bisa memberi sesuatu pengaruh yang positif terhadap orang lain, membantu orang lain agar bisa menjadi lebih baik. Itu yang tidak akan pernah hilang. 


خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).

suatu saat orang akan lupa apa yang kita katakan
orang akan lupa apa yang kita kerjakan
namun orang tidak akan lupa bagaimana kita memperlakukan mereka (Maya angelou)

Share your knowledge, it is way to achieve immortality (Dalai Lama)
Hanya Allah yang memberi taufik untuk memanfaatkan lima perkara sebelum lima perkara

Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/5022-manfaatkanlah-5-perkara-sebelum-menyesal.html

Mari kita bermohon karena hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah semoga kita dapat memanfaatkan lima perkara sebelum lima perkara.

subhanakallahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341


Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/5022-manfaatkanlah-5-perkara-sebelum-menyesal.html
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341


Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/5022-manfaatkanlah-5-perkara-sebelum-menyesal.html

Thursday, 17 January 2019

Konsep Continous Improvement dalam Islam

Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa waminsayyi’ati ‘amaalinnaa Manyahdihillah falah mudhillalah Wa man yudhlil falaa haadiyalah Wa asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh.

[Segala puji bagi Allah yang hanya kepadaNya kami memuji, memohon pertolongan, dan mohon keampunan. Kami berlindung kepadaNya dari kekejian diri dan kejahatan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari jalanNya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah saja, yang tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya]

Perkembangan ilmu manajemen sangat terkait dengan perkembangan peradaban manusia, Pada awal sebelum revolusi industri berkembang, belum banyak interaksi yang melibatkan berbagai resources yang mesti dikelola. Setelah revolusi industri berkembang (1750- 1850) dengan ditemukannya metode konversi dan distribusi sumber energi, memicu perkembangan industri yang ada.
Salah satu bidang yang berkembang adalah manajemen mutu dengan berbagai konsepnya. satu diantara konsep yang paling populer dalam manajemen mutu adalah continous improvement yang diartikan sebagai upaya perbaikan terus menerus melalui tahapan PDCA.

Ada hadits yang berkaitan dengan konsep ini yang telah ada 1440 tahun sebelumnya.

  مَنِ اسْتَوَى يَوْمَاهُ فَهُوَ مَغْبُونٌ ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُونٌ
 
 Barangsiapa yang dua harinya (hari ini dan kemarin) sama maka ia telah merugi, barangsiapa yang harinya lebih jelek dari hari sebelumnya, maka ia tergolong orang-orang yang terlaknat”.

Jika ingin beruntung, jadilah orang yang hari ini lebih baik daripada kemarin. Inilah inti pesan ajaran Islam yang sesungguhnya, yaitu selalu mendorong umatnya untuk maju.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah disiapkannya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. [59]: 18)

Jadi, setiap muslim harus introspeksi terus apa yang telah diperbuatnya untuk masa depannya. "Hari esok" dalam ayat tersebut mengandung makna: hari esok yang dekat yaitu dunia, dan hari esok yang jauh yaitu akhirat. Karena yang paling dekat dengan manusia adalah maut dan yang paling jauh adalah masa lalu.

"Yang paling dekat adalah kematian. Yang paling jauh adalah masa lalu. Yang paling besar adalah hawa nafsu. Yang paling berat adalah memegang amanah. Yang paling ringan adalah meninggalkan sholat. Dan yang paling tajam adalah lisan manusia. -Imam Al Ghazali-" 

Misalnya, jika ada orang muslim yang ibadahnya hari ini lebih buruk daripada kemarin, ia adalah orang yang terlaknat. Demikian pula jika pengetahuan dan ilmunya tidak bertambah malah berkurang.

 (QS.[94] : 7) : Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

 Penjelasan:
  1. Waktu adalah pedang, maka barang siapa tidak bisa menggunakan dengan baik ia akan dilibas masa depannya. Untuk itu setiap kita selesai melakukan suatu urusan atau pekerjaan segeralah menuju ke urusan dan pekerjaan berikutnya.
  2. Bersungguh-sungguhlah, maka kita akan bisa mendapatkan atau mewujudkan sesuatu yang diharapkan dan dicita-citakan. Kesungguhan merupakan power (kekuatan) yang dahsyat dalam menangani suatu urusan atau pekerjaan.
  3. Niat yang tulus dan kuat juga bagian dari penyempurna suatu usaha (ikhtiar) dalam segala urusan dan pekerjaan. Apa yang kita niatkan itulah yang akan kita dapatkan, tentu niat yang kuat yang tidak patah semangat sebelum semua yang dicita-citakan tercapai.
 Dalam hubungannya  dengan konsep " saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran" continous improvement ini harus di kendalikan (PDCA), untuk itu ada proses audit untuk menilai kesesuaain rencana dengan capaian. Untuk itu seorang auditor/sessor  juga seharusnya mengedepankan prinsip berprasangka baik.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa……” (QS. Al Hujurat: 12)