اْلحَمْدُ
للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا
بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله
وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ
سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و
سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ
وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا
الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ
اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jika seseorang bertanya kepada kita tentang siapa orang-orang
terbaik, tentu kita harus menjawab pertanyan itu berdasarkan petunjuk
Rasulullah SAW. Beliau telah menyebutkan kelompok orang-orang terbaik
sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadits beliau sebagai berikut:
Pertama,
orang terbaik adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.
Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari sebagai berikut:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Rasulullah
SAW tidak saja mengajurkan kita belajar Al-Qur’an, tetapi juga
mendorong siapa saja supaya mau mengajarkannya kepada orang lain.
Artinya seseorang sesungguhnya tidak cukup jika hanya berhenti pada
belajar Al-Qur’an. Ia sebaiknya juga mengajarkannya kepada orang lain
setelah cukup menguasainya. Oleh karena itu dalam belajar Al-Qur’an
sebaiknya hingga sampai tingkat mahir, yang tidak saja mahir
membacanya, tetapi juga mahir memahami kandungannya, dan bahkan mahir
mengamalkan isinya. Bukankah al-Quran bukan sekedar bacaan, tetapi
sekaligus harus diamalkan karena merupakan kitab suci sebagai petunjuk
dari Allah SWT bagi seluruh kaum Muslimin.
Kedua,
orang terbaik adalalah orang yang paling baik sikapnya terhadap
keluarganya. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Tirmidzi sebagai berikut:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”
Rasulullah SAW memberikan suri teladan bagaimana sebaiknya seorang
suami bersikap kepada keluarganya. Beliau mengatakan bahwa beliau adalah
orang yang paling baik sikapnya terhadap keluarga. Ini artinya untuk
menjadi suami yang baik, kita bisa mengikuti beliau. Sayyidah Aisyah RA
menuturkan bahwa Rasulullah SAW sebagai seorang suami banyak melayani
keluarga seperti menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Beliau bahkan
menjahit pakaian sendiri, mengesol sandal sendiri, memerah susu kambing
sendiri, hingga berbelanja ke pasar untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
dan sebagainya. Oleh karena itu, sebagaimana sabda beliau diatas, orang
terbaik adalah orang yang paling baik sikapnya terhadap keluarganya.
Ketiga,
orang terbaik adalah orang yang paling bisa diharapkan kebaikannya dan
paling sedikit keburukannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi sebagai berikut:
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ
Artinya:
“Sebaik-sebaik kalian adalah orang yang (paling bisa) diharapkan
kebaikannya dan (paling sedikit) keburukannya hingga orang lain merasa
aman.”
etiap orang memiliki sisi baik dan sisi buruk. Orang terbaik adalah
orang yang sisi kebaikannya jauh lebih besar dari pada sisi
keburukannya hingga orang lain merasa aman di sampingnya. Dengan kata
lain orang terbaik adalah mereka yang, di satu sisi, dapat memberikan
manfaat besar kepada orang lain, di sisi lainnya, dapat mengendalikan
potensi buruknya hingga banyak orang merasa aman dan tenang di dekatnya
karena terhindar dari peri laku buruknya.
Keempat,
orang terbaik adalah orang yang memberikan makanan kepada orang lain.
Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Ahmad sebagai berikut:
خَيْرُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan makanan.”
Makanan
sesungguhnya dibagi menjadi dua, yakni makanan jasmani dan makanan
ruhani. Makanan jasmani adalah seperti nasi, roti, buah dan sebagainya
yang berguna untuk pengembangan diri yang bersifat fisik atau material.
Sedangkan makanan ruhani adalah seperti ilmu, nasihat, dan sebagainya
yang berguna untuk pengembangan diri yang bersifat mental spiritual.
Maka orang terbaik berdasarkan hadits ini adalah mereka yang bersedia
memberikan makanan, baik jasmani maupun ruhani, kepada orang-orang yang
membutuhkan demi menjaga keberlangsungan hidup dan kesehatan mereka baik
jasmani maupun ruhani.
Kelima, orang terbaik
adalah orang yang paling baik dalam membayar hutang. Hal ini sebagaimana
ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan
Muslim sebgai berikut:
خَيْرُكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً
Artinya:“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.”
Fakta membuktikan bahwa tidak setiap orang bisa menepati janji-janjinya
terkait dengan hutang-hutangnya kepada orang lain. Maka ada dua macam
pembayar hutang, yakni pembayar yang baik dan pembayar yang tidak baik.
Pembayar yang baik adalah mereka yang bisa menyelesaikan kewajiban
hutangnya sesuai waktu yang telah disepakati, atau bahkan lebih awal
dari itu. Pembayar hutang yang tidak baik adalah mereka yang tidak
disiplin, seperti para pengemplang dan sebagainya, hingga sering membuat
marah orang yang telah berbaik hati memberikan pinjaman.
Mungkin kita bertanya, apakah orang-orang terbaik itu hanya sebatas
mereka yang telah disebutkan diatas? Jawabnya, tentu saja tidak sebab
masih ada kelompok orang lain yang juga termasuk orang-orang terbaik
sebagaimana pertanyaan seorang Arab Badui kepada Rasulullah SAW sebagai
berikut:
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ : مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ
Artinya:
“Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?” Beliau menjawab:
“Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.”(HR: Tirmidzi)
Jadi,
orang-orang terbaik sesungguhnya tidak dimonopoli oleh kelompok orang
tertentu, tetapi terbuka lebar bagi siapa saja tanpa memandang latar
belakang ataupun bidang-bidang tertentu sebab substansi dari hal ini
adalah tentang seberapa besar kebermanfaatan seseorang kepada orang
lainnya secara nyata sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW dalam
haditsnya yang diriwayatkan dari Jabir berikut:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).”
Mudah-mudahan apa yang telah saya uraikan ini dapat bermanfaat
khususnya bagi saya pribadi dan para jamaah Jumat pada umumnya. Apapun
profesi, asal usul dan status sosial kita, semoga kita semua dapat
memberikan manfaat sebesar-sebesarnya kepada orang sebanyak-banyaknya. Amin ya rabbal alamin.
جَعَلَنا
اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي
زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ
الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ
بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ
بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
***
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ
تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ
اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى
وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ
اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ
وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً
يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Ishom
dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta